Rabu, 22 Februari 2012

sejarah eiffel

The Eiffel Tower history, Gustave Eiffel's masterpiece as well as details of the tower's construction, height, weight, materials, lighting and steps to the top are presented by Paris Sweet Home.Sejarah Dan Dokumentasi Menara Eiffel
Oleh Marc Depraz

Dibangun dalam rangka pekan Pameran Dunia dan perayaan Revolusi Perancis, menara dengan bendera berkibar di puncaknya diresmikan pada tanggal 31 Maret 1889. Meskipun kecaman dan protes yang keras dari penduduk Paris dan kalangan intelektual selama dibangun, kerangka besi ini menjadi simbol kota Paris dan menarik lebih dari 6 juta pengunjung setiap tahun.

Pemimpin Proyek : Tuan Gustave Eiffel dibantu oleh, antara lain, para insinyur Maurice Koechlin dan Emile Nouguier serta Stephen Sauvestre sebagai arsitek.

Rencana proyek dimulai tahun 1884. Meskipun semua halangan di atas, pembanguan menara dimulai pada tahun 1887 dan selesai 26 bulan kemudian pada tahun 1889. Telah direncanakan menara ini akan dirobohkan setelah berlangsungnya pekan Pameran Dunia 1900. Akan tetapi, percobaan berhasil dari transmisi radio yang dikendalikan oleh Angkatan Bersenjata Perancis sebelum hari pemugaran akhirnya menyelamatkan menara Eiffel.

The Eiffel Tower history, Gustave Eiffel's masterpiece as well as details the tower's construction, height, weight, materials, lighting and steps to the top are presented by Paris Sweet Home.Bahan yang digunakan : Besi baja dikaitkan dalam bentuk persilangan dari 18.038 biji yang diperkuat dengan 2.500.000 paku. Kerangka dari karya Tuan Gustave Eiffel ini tahan angin dan walaupun bahannya dari besi, berat menara hanya 7.300 ton.

Tinggi : Dari tanah sampai tiang bendera, tingginya 312.27 meter pada tahun 1889, sekarang 324 meter dengan antenanya. Saat ini, berbagai perusahaan televisi Perancis memasang antena mereka di puncak Menara Eiffel.

Dimiliki oleh Pemerintah Daerah Paris dan dikelola oleh perusahaan swasta, "Société Nouvelle de l'Exploitation de la Tour Eiffel", kerangka besi ini direnovasi setiap 7 tahun sekali dan dicat dengan 50 ton cat. Renovasinya digarap olah pekerja yang manguasai olah raga alpinis dan akrobatis.

Penerangan : "Gadis Besi" ini diterangi dengan 352 projektor 1.000 watts dan berkedip setiap sengah jam pada malam hari dengan 20.000 bola lampu dan 800 lampu disko.

Supaya membuat menara kelihatannya lebih hidup, 4 lampu laser xenon yang berkekuatan 6.000 watts berputar secara permanen di puncak menara.

Multimeter ( fungsi dan kegunaan )


Multimeter adalah alat ukur yang dipakai untuk mengukur tegangan listrik, arus listrik, dan tahanan (resistansi). Itu adalah pengertian multimeter secara umum, sedangkan pada perkembangannya multimeter masih bisa digunakan untuk beberapa fungsi seperti mengukur temperatur, induktansi, frekuensi, dan sebagainya. Ada juga orang yang menyebut multimeter dengan sebutan AVO meter, mungkin maksudnya A (ampere), V(volt), dan O(ohm).
v  Multimeter dibagi menjadi 2, yaitu:
A.      Multimeter analog
Multimeter analog lebih banyak dipakai untuk kegunaan sehari-hari, seperti para tukang servis TV atau komputer kebanyakan menggunakan jenis yang analog ini. Kelebihannya adalah mudah dalam pembacaannya dengan tampilan yang lebih simple. Sedangkan kekurangannya adalah akurasinya rendah, jadi untuk pengukuran yang memerlukan ketelitian tinggi sebaiknya menggunakan multimeter digital.
Cara Menggunakan Multimeter Analog
ü  Untuk memulai setiap pengukuran, hendaknya jarum menunjukkan angka nol apabila kedua penjoloknya dihubungkan. Putarlah penala mekanik apabila jarum belum tepat pada angka nol (0).
ü  Putarlah sakelar pemilih ke arah besaran yang akan diukur, misalnya ke arah DC mA apabila akan mengukur arus DC, ke arah AC V untuk mengukur tegangan AC, dan ke arah DC V untuk mengukur tegangan DC.
ü  Untuk mengukur tahanan (resistor), sakelar pemilih diarahkan ke sekala ohm dan nolkan dahulu dengan menggabungkan probe positif dan negatif. Apabila belum menunjukkan angka nol cocokkan dengan memutar ADJ Ohm. Sambungkan penjolok warna merah ke jolok positif dan penjolok warna hidam ke jolok negatif.
ü  Untuk pengukuran besaran DC, jangan sampai terbalik kutub positif dan negatifnya karena bisa menyebabkan alat ukurnya rusak.









Dari gambar multimeter dapat dijelaskan bagian-bagian dan
fungsinya :
1.      Sekrup pengatur kedudukan jarum penunjuk (Zero Adjust Screw),
berfungsi untuk mengatur kedudukan jarum penunjuk dengan cara memutar sekrupnya ke kanan atau ke kiri dengan menggunakan obeng pipih kecil.

2.      Tombol pengatur jarum penunjuk pada kedudukan zero (Zero Ohm Adjust Knob),
berfungsi untuk mengatur jarum penunjuk pada posisi nol. Caranya : saklar pemilih diputar pada posisi  (Ohm), test lead + (merah dihubungkan ke test lead – (hitam), kemudian tombol pengatur kedudukan 0 diputar ke kiri atau ke kanan sehingga menunjuk pada kedudukan 0 .
3.      Saklar pemilih (Range Selector Switch),
berfungsi untuk memilih posisi pengukuran dan batas ukurannya. Multimeter biasanya terdiri dari empat posisi pengukuran, yaitu :
ü  Posisi (Ohm) berarti multimeter
berfungsi sebagai ohmmeter, yang terdiri dari tiga batas ukur : x 1; x 10; dan K
ü  Posisi ACV (Volt AC) berarti multimeter
berfungsi sebagai voltmeter AC yang terdiri dari lima batas ukur : 10; 50; 250; 500; dan 1000.
ü  Posisi DCV (Volt DC) berarti multimeter
berfungsi sebagai voltmeter DC yang terdiri dari lima batas ukur : 10; 50; 250; 500; dan 1000.
ü  Posisi DCmA (miliampere DC) berarti multimeter
ü  berfungsi sebagai mili amperemeter DC yang terdiri dari tiga batas ukur : 0,25; 25; dan 500.
Tetapi ke empat batas ukur di atas untuk tipe multimeter yang satu dengan yang lain batas ukurannya belum tentu sama.

4.      Lubang kutub + (V A Terminal),
berfungsi sebagai tempat masuknya test lead kutub + yang berwarna merah.
5.      Lubang kutub – (Common Terminal),
Berfungsi sebagai tempat masuknya test lead kutub – yang berwarna hitam.
6.      Saklar pemilih polaritas (Polarity Selector Switch),
berfungsi untuk memilih polaritas DC atau AC.
7.      Kotak meter (Meter Cover),
berfungsi sebagai tempat komponen-komponen multimeter.
8.      Jarum penunjuk meter (Knife –edge Pointer),
Berfungsi sebagai penunjuk besaran yang diukur.
9.      Skala (Scale),  
berfungsi sebagai skala pembacaan meter.

B.     
Multimeter digital









Multimeter digital memiliki akurasi yang tinggi, dan kegunaan yang lebih banyak jika dibandingkan dengan multimeter analog. Yaitu memiliki tambahan-tambahan satuan yang lebih teliti, dan juga opsi pengukuran yang lebih banyak, tidak terbatas pada ampere, volt, dan ohm saja. Multimeter digital biasanya dipakai pada penelitian atau kerja-kerja mengukur yang memerlukan kecermatan tinggi, tetapi sekarang ini banyak juga bengkel-bengkel komputer dan service center yang memakai multimeter digital. Kekurangannya adalah susah untuk memonitor tegangan yang tidak stabil. Jadi bila melakukan pengukuran tegangan yang bergerak naik-turun, sebaiknya menggunakan multimeter analog.
Cara menggunakan multimeter digital
ü  hanya lebih sederhana dan lebih cermat dalam penunjukan hasil ukurannya karena menggunakan display 4 digit sehingga mudah membaca dan memakainya.
ü  Putar sakelar pemilih  pada posisi skala yang kita butuhkan setelah alat ukur siap dipakai.
ü  Hubungkan probenya ke komponen yang akan kita ukur setelah disambungkan dengan alat ukur.
ü  Catat angka yang tertera pada multimeter digital.
Penyambungan probe tidak lagi menjadi prinsip sekalipun probenya terpasang terbalik karena display dapat memberitahu.

v  Fungsi multimeter dan Cara pengukuran dengan multimeter
1.      Mengukur tegangan DC
a.      Atur Selektor pada posisi DCV.
b.      Pilih skala batas ukur berdasarkan perkiraan besar tegangan yang akan di cek, jika tegangan yang di cek sekitar 12Volt maka atur posisi skala di batas ukur 50V.
c.       Untuk mengukur tegangan yang tidak diketahui besarnya maka atur batas ukur pada posisi tertinggi supaya multimeter tidak  rusak.
d.      Hubungkan atau tempelkan probe multimeter ke titik tegangan yang akan dicek, probe warna merah pada posisi (+) dan probe  warna hitam pada titik (-) tidak boleh terbalik.
e.      Baca hasil ukur pada multimeter.

2.      Mengukur tegangan AC
a.      Atur Selektor pada posisi ACV.
b.      Pilih skala batas ukur berdasarkan perkiraan besar tegangan yang akan di cek, jika tegangan yang di cek sekitar 12Volt maka atur posisi skala di batas ukur 50V.
c.       untuk mengukur tegangan yang tidak diketahui besarnya maka atur batas ukur pada posisi tertinggi supaya multimeter tidak rusak.
d.      Hubungkan atau tempelkan probe multimeter ke titik tegangan yang akan dicek. Pemasangan probe multimeter boleh terbalik.
e.      Baca hasil ukur pada multimeter.

3.      Mengukur kuat arus DC
a.      Atur Selektor pada posisi DCA.
b.      Pilih skala batas ukur berdasarkan perkiraan besar arus yang akan di cek, misal : arus yang di cek sekitar 100mA maka atur posisi skala di batas ukur 250mA atau 500mA.
c.       Perhatikan dengan benar batas maksimal kuat arus yang mampu diukur oleh multimeter karena jika melebihi batas maka fuse (sekring) pada multimeter akan putus dan multimeter sementara tidak bisa dipakai dan fuse (sekring) harus diganti dulu.
d.      Pemasangan probe multimeter tidak sama dengan saat  pengukuran tegangan DC dan AC, karena mengukur arus berarti  kita memutus salah satu hubungan catu daya ke beban yang akan dicek arusnya, lalu menjadikan multimeter sebagai penghubung.
e.      Hubungkan probe multimeter merah pada output tegangan (+) catu daya dan probe (-) pada input tegangan (+) dari beban/rangkaian yang akan dicek pemakaian arusnya.
f.        Baca hasil ukur pada multimeter.

4.      Mengukur nilai hambatan sebuah resistor variabel (VR)
a.      Atur Selektor pada posisi Ohmmeter.
b.      Pilih skala batas ukur berdasarkan nilai variabel resistor (VR)yang akan diukur.
c.       Batas ukur ohmmeter biasanya diawali dengan X (kali), artinya hasil penunjukkan jarum nantinya dikalikan dengan angka  pengali sesuai batas ukur.
d.      Hubungkan kedua probe multimeter pada kedua ujung resistor boleh terbalik.
e.      Sambil membaca hasil ukur pada multimeter, putar/geser posisi variabel resistor dan pastikan penunjukan jarum multimeter berubah sesuai dengan putaran VR.

5.      Mengecek hubung-singkat / koneksi
a.      Atur Selektor pada posisi Ohmmeter.
b.      Pilih skala batas ukur X 1 (kali satu).
c.       Hubungkan kedua probe multimeter pada kedua ujung kabel/terminal yang akan dicek koneksinya.
d.      Baca hasil ukur pada multimeter, semakin kecil nilai hambatan yang ditunjukkan maka semakin baik konektivitasnya.
e.      Jika jarum multimeter tidak menunjuk kemungkinan kabel atau  terminal tersebut putus.

6.      Mengecek transistor NPN
a.      Atur Selektor pada posisi Ohmmeter.
b.      Pilih skala batas ukur X 1K (kali satu kilo = X 1000).
c.       Hubungkan  probe multimeter (-) pada basis dan probe (+) pada kolektor .
d.      Jika multimeter menunjuk ke angka tertentu (biasanya sekitar 5-20K) berarti transistor baik, jika tidak menunjuk berarti  transistor rusak putus B-C.
e.      Lepaskan kedua probe lalu hubungkan  probe multimeter (+)  pada basis dan probe (-) pada kolektor.
f.        Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti transistor baik, jika bergerak berarti transistor rusak bocor tembus B-C.
g.      Hubungkan  probe multimeter (-) pada basis dan probe (+) pada emitor.
h.      Jika multimeter menunjuk ke angka tertentu (biasanya sekitar  5-20K) berarti transistor baik, jika tidak menunjuk berarti  transistor rusak putus B-E.
i.        Lepaskan kedua probe lalu hubungkan  probe multimeter (+) pada basis dan probe (-) pada emitor.
j.        Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti transistor baik, jika bergerak berarti transistor rusak bocor tembus B-E.
k.       Hubungkan  probe multimeter (+) pada emitor dan probe (-) pada kolektor.
l.        Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti transistor baik, jika bergerak berarti transistor rusak bocor tembus C-E.
Note : pengecekan probe multimeter (-) pada emitor dan probe (+) padakolektor tidak diperlukan.

7.      Mengecek transistor PNP
a.      Atur Selektor pada posisi Ohmmeter.
b.      Pilih skala batas ukur X 1K (kali satu kilo = X 1000).
c.       Hubungkan  probe multimeter (+) pada basis dan probe (-) pada kolektor.
d.      Jika multimeter menunjuk ke angka tertentu (biasanya sekitar 5-20K) berarti transistor baik, jika tidak menunjuk berarti transistor rusak putus B-C.
e.      Lepaskan kedua probe lalu hubungkan  probe multimeter (-) pada basis dan probe (+) pada kolektor.
f.        Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti transistor baik, jika bergerak berarti transistor rusak bocor tembus B-C.
g.      Hubungkan  probe multimeter (+) pada basis dan probe (-) pada emitor.
h.      Jika multimeter menunjuk ke angka tertentu (biasanya sekitar 5-20K) berarti transistor baik, jika tidak menunjuk berarti transistor rusak putus B-E.
i.        Lepaskan kedua probe lalu hubungkan  probe multimeter (-) pada basis dan probe (+) pada emitor.
j.        Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti transistor baik, jika bergerak berarti transistor rusak bocor tembus B-E.
k.       Hubungkan  probe multimeter (-) pada emitor dan probe (+) pada kolektor.
l.        Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti transistor baik, jika bergerak berarti transistor rusak bocor tembus C-E.
Note : pengecekan probe multimeter (+) pada emitor dan probe (-) pada kolektor tidak diperlukan.

8.      Mengecek Kapasitor Elektrolit (Elko)
a.      Atur Selektor pada posisi Ohmmeter.
b.      Pilih skala batas ukur X 1 untuk nilai elko diatas 1000uF, X 10 untuk untuk nilai elko diatas 100uF-1000uF, X 100 untuk nilai elko 10uF-100uF dan X 1K untuk nilai elko dibawah 10uF.
c.       Hubungkan  probe multimeter (-) pada kaki (+) elko dan probe (+) pada kaki (-) elko.
d.      Pastikan jarum multimeter bergerak kekanan sampai nilai tertentu (tergantung nilai elko) lalu kembali ke posisi semula.
e.      Jika jarum bergerak dan tidak kembali maka dipastikan elko bocor.
f.        Jika jarum tidak bergerak maka elko kering / tidak menghantar.

9.      Cara Menggunakan Amperemeter Pada Multimeter
a.      Pastikan terlebih dahulu arus apakah yang akan diukur. AC atau DC
b.      Putar saklar pemilih pada posisi mA atau A DC untuk mengukur arus DC dan mA atau A AC untuk mengukur arus AC
c.       Hitung terlebih dahulu berapa nilai arus yang akan diukur. Jika tidak bisa dihitung tentukan nilai kira-kira arus yang akan mengalir melewati rangkaian tersebut
d.      Letakkan saklar pemilih pada batas ukur yang terbesar jika nilai arus yang akan diukur belum diketahui. Jika arus yang akan diukur telah diketahui perkiraannya, letakkan saklar pemilih pada batas ukur yang paling mendekati
e.      Untuk mengukur arus AC kabel penghubung dapat dihubungkan dengan sumber arus dan rangkaian atau beban secara bebas. Mengukur arus DC kabel penghubung harus sesuai. Kabel penghubung warna merah dihubungkan ke kutub positif sumber arus, sedangkan warna hitam ke rangkaian.
f.        Multimeter harus dipasang seri terhadap rangkaian yang diukur
g.      Hubungkan kabel penghubung terhadap rangkaian yang akan diukur

10.  Pengukuran Resistansi Pada Multimeter
a.      Putar saklar pemilih pada posisi Ohm. Selanjutnya putar saklar pemilih sekaligus mementukan batas ukur yang dipakai. Untuk mengetes kabel misalnya gunakan batas ukur x1. Untuk mengukur resistor yang tidak diketahui nilainya gunakan batas ukur yang paling besar. Jika nantinya setelah diukur jarum penunjuk hanya bergerak sedikit ke kiri, maka saklar putar dapat ke batas ukur yang lebih kecil lagi.
b.       Hubung singkatkan kabel hitam dan merah pada multimeter. Atur pengatur nol sehingga jarum penunjuk berada pada tepat nol sebelah kanan skala
c.       Hubungkan kabel hitam dan merah secara bebas ke komponen yang akan ditest. Lihat skala apakah jarum bergerak atau tidak. Jika skala perlu dibaca untuk mengetahui resistansi maka bacalah skalalnya.

11.  Menguji Kondensator dengan multimeter
Caranya adalah dengan langkah-langkah berikut di bawah ini:
a.      Mula-mula saklar multimeter diputar ke atas. Tanda panah ke atas tepatnya R x Ohm
b.      Kalibrasi sampai jarum multimeter menunjukkan angka nol tepat saat dua colok (+) dan colok (-) dihubungkan. Putar adjusment untuk menyesuaikan.
c.       Hubungkan colok (-) dengan kaki berkutub negatif kondensator, sedangkan colok (+) dengan kaki positif kondensator. Lihat jarum. Apabila bergerrak dan tidak kembali berarti komponen tersebut masih baik. Jika bergerak dan kembali tetapi tidak seperti posisi semula berarti komponen rusak. Dan apabila jarum tidak bergerak sama sekali dipastikan putus.

12.  Menguji Dioda dengan multimeter
Komponen ini memiliki sepasang kaki yang mana masing-masing berkutub negatif dan positif. Oleh karena itu dalam menguji nanti hendaknya dilakukan dengan benar dan cermat. Tujuan pengujian alat ini adalah untuk mengetahui tingkat kerusakan akibat beberapa hal . Pada dioda yang pernah dipakai dalam suatu rangkaian biasanya disebabkan besarnya tekanan arus sehingga tidak mampu ditahan dan diubah menjadi DC.
Cara pengujian:
a.      Saklar diputar pada posisi Ohmmeter, 1x dan Kalibrasi.
b.      Hubungkan colok (-) dengan kaki negatif (anoda) dan colok (+) dengan kaki positif (katoda).
c.       Kemudian pindahkan pencolok (-) pada kaki anoda dan colok (+) pada kaki katoda. Bila jarum bergerak berarti dioda tersebut rusak. Jika sebaliknya (tak bergerak) maka dioda dalam keadaan baik.

13.  Menguji Transformator
Transformator saat kita beli harus dan wajib untuk kita check apakah masih baik dan berfungsi. Karena untuk trafo biasanya tidak diberi garansi apabila rusak setelah dibeli. Hal ini dimungkinkan adanya pemutusan hubungan di gulungan/lilitan sekunder atau primer.
Langkah-langkah:
a.      Putar multimeter saklar pada posisi Ohm 1x.Kalibrasi.
b.      Hubungkan colok (-) dengan salah satu kaki di gulungan primer, colok (+) pada kaki yang lain di gulungan primer. Bila jarum bergerak maka trafo dalam keadaan baik.
c.       Pada gulungan sekunder lakukan hal yang sama. Apabila jarum multimeter bergerak-gerak maka trafo dalam keadaan baik. Selisih nilai sama dengan selisih tegangan yang tertera pada trafo.
d.      Letakkan colok (-) atau colok (+) ke salah satu kaki di gulungan primer kemudian colok yang lain ke gulungan sekunder. Apabila jarum tidak bergerak maka trafo dalam keadaan baik, menandakan tidak adanya korsleting gulungan primer dengan sekunder dengan body trafo. Lakukan hal sebaliknya.
e.      Langkah terakhir, letakkan colok (-) atau colok (+) ke salah satu kaki di gulungan primer atau sekunder kemudian colok yang lain ke plat pengikat gulungan yang berada di tengah. Apabila jarum tidak bergerak maka trafo dalam keadaan baik, menandakan tidak adanya korsleting gulungan dengan body trafo.